Seminar Pekan Pendidikan PBG Kudus 2 Mei 2019

Menghadapi Tantangan di Era Pendidikan 4.0
Dan Menjadi Guru Profesional di Era Digital Culture ”

Era revolusi industri 4.0 membawa  dampak positif dan negatif  pada dunia pendidikan. Era revolusi industri 4.0 atau disebut era disruption adalah era yang perlu menjadi pertimbangan dalam mengembangkan pendidikan yang semakin kompleks dalam menghadapi permasalahan. Cepatnya pergerakan TIK dapat diamati secara jelas pada bidang bisnis, ekonomi dan juga pemerintahan dengan munculnya konsep dan aplikasi contohnya berupa e-goverment, e- commerce, e-community. Fenomena tersebut telah menggeser metode konvensional menjadi era digital yang memiliki dampak terhadap kehidupan, diantaranya: (1) bergesernya layanan konvensional  menjadi online; (2) menurunnya perusahaan ritel besar serta banyak digantikan oleh sistem online; (3) terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa  batas negara; (4) adanya pergeseran sosial dalam pergaulan  masyarakat (phone snubbing) yaitu tindakan acuh tak acuh seseorang dalam lingkungan sosial.
Konsep revolusi industri ke empat dimulai sejak digunakannya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Vincent Gaspersz dalam Management System Lead Specialist konsep pendidikan 4.0 adalah sebagai berikut:
Dalam Pendidikan 4.0, mengharuskan guru berfungsi sebagai pemimpin team (team leader) dan fasilitator yang bekerjasama dengan peserta didik untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan didukung banyak sumber belajar berbasis internet (Artificial Intelligence Portals).
Dalam Pendidikan 4.0, Materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan praktek peserta didik yang bersumber dari berbagai portal internet (Artificial Intelligence Portals) tanpa perlu terikat pada buku-buku pedoman atau buku teks.
Dalam Pendidikan 4.0 merupakan Proses pembelajaran secara luwes dan terbuka untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, membangun jaringan sosial melewati ruang-ruang kelas (Virtual Class) dan disiplin ilmu, pembelajaran adaptif yang dikendalikan oleh jaringan internet.
Dalam Pendidikan 4.0, Pembelajaran tidak lagi tergantung pada bangunan fisik karena aktivitas pembelajaran dilakukan secara luwes dan terbuka dengan mendapatkan pengetahuan tidak hanya dari guru di sekolah namun dapat diperoleh dari Nara sumber belajar lain.
Dalam Pendidikan 4.0 Peserta didik memiliki otonomi untuk menyusun rencana pembelajaran yang dibantu oleh guru sebagai penasehat, di mana rencana pembelajaran ini dapat diperbaharui secara terus-menerus melalui mekanisme adaptif.
Dalam pendidikan 4.0 Sistem manajemen e-learning dilakukan secara terintegrasi dengan banyak di dukung aplikasi Artificial Intelligence Portals

Dapat disimpulakan revolusi perangkat lunak telah mentransformasikan kegiatan ekonomi dengan sebagaian pekerjaan yang ada dan akan digantikan oleh otomatisasi dan ini  menuntut sistem pendidikan untuk turut berevolusi menyesuaikan diri dengan  perububahan pekembangan zaman. Perkembangan pendidikan di Indonesia mau tidak mau harus terus mengalami perkembangan khususnya di bidang ICT.  Pembelajaran 4.0 memiliki karakterikstik dalam mengembangkan  4C plus N, Literasi Baru, Artificial Intelegence, Heutagogy, Infinite Learning. Adapun strategi dan teknik pembelajaran 4.0 atau era society 5.0 adalah mengimplementasikan pembelajaran aurasma, STEM, Blended, hingga Hybrid learning dengan memanfaatkan media berbasis augumented reality dan virtual reality. Literasi baru  yang dikembangkan adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi humanistik atau manusia dengan urusan kemanusiaan menjadi sangat penting dalam menghadapi kompleksitas era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0.  kemajuan teknologi menandakan majunya pendidikan dan ilmu pengetahuan yang tetap harus memartabatkan manusia dan mensejahterakan manusia. 
Diharapkan sebagai guru dapat meningkatkan kesadaran diri untuk bisa mengembangkan profesi guru dalam keaktifan intelektual yang memicu berbagai ide, kreatif inovatif, kolaboratif dan jati diri.  Semua  hasil inovasi yang dilakukan di era 4.0  tidak boleh menghilangkan karakter pembangunan yang menjadi agenda prioritas bersama yaitu  karakter manusia yang dibangun bercirikan dengan kemampuan menegakkan kebenaran, kejujuran keadilan, kebajikan tanggung jawab dan cinta tanah air  dalam mewujudkan karakter sumber daya manusia yang kuat disertai dengan mental yang tangguh untuk meningkatkan mutu pendidikan yang bisa mensinergiskan antara kepentingan pengembangan kompetensi guru ke arah yang lebih baik. Guru dapat melakukan pengembangan profesi dengan mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetemsi guru itu sendiri sebagai wujud  guru pembelajar sepanjang hayat lifelong learning dan dapat diimplemtasikan di kehidupan dimasa sekarang dan akan datang  Era revolusi industri 4.0 tidak mungkin lagi dibendung karena begitu cepatnya arus informasi. Oleh karena itu, langkah utama yang harus dilakukan oleh guru adalah guru harus memiliki sikap open minded atau terbuka terhadap perubahan. Guru perlu bersikap bijak dalam pembelajaran karena peserta didik pun sudah berubah. Guru tidak dapat memaksakan model pembelajaran konvensional seperti era guru dahulu. Guru tidak perlu lagi mempermasalahkan mana yang positif dan mana yang negatif, tapi justru senantiasa berusaha memaksimalkan aspek positif dan meminimalkan aspek negatif dari revolusi industri 4.0 By. Eni Kuswati

Postingan populer dari blog ini

Karateristik Budaya Dalam Interaksi sosial