IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE PEER LESSONS PADA MATA PELAJARAN IPS



IMPLEMENTASI  MODEL  PEMBELAJARAN  INOVATIF MELALUI  METODE PEER LESSONS  PADA MATA PELAJARAN IPS


Eni Kuswati

enikuswati_smp2kudus@yahoo.co.id ; enikuswati.123456@gmail,com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Perencanaan, Pelaksanaan yang meliputi (strategi, metode, materi, media, dan penilaian), mengevaluasi, mengidentifikasi kendala dan solusi mengatasi kendala serta mengetahui hasil yang dicapai  dalam pembelajaran IPS melalui metode Peer Lessons.  Proses pelaksanaan pembelajaran terjadi di kelas VIII Smp 2 Kudus.  Informan  yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru mata pelajaran IPS, dan peserta didik. Dokumen yang diteliti adalah dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif yang meliputi  reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan /verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran menggunakan metode peer lessons  adalah mampu mengaktifkan peserta didik dalam belajar, mampu membuat media sendiri untuk presentasi, mampu memaparkan materi kepada temannya sendiri dengan baik dan  mampu mengungkapkan pendapatnya. Hasil lebih luas yang dicapai dari pembelajaran menggunakan metode peer lessons adalah peserta didik mampu memperoleh berbagai kejuaraan dalam setiap event lomba dan memperoleh hasil yang maksimal  dan memuaskan.
Kata kunci:  Pembelajaran Inovatif, Peer Lessons, aktif, konstruktivisme
Abstract. This study aimed to describe the planning, implementation covering (strategies, methods, materials, media, and assessment), evaluate, identify barriers and solutions to overcome obstacles and to find out the results achieved in the  social studies learning through Peer Lessons methods.  In the learning process of the implementation is happening at class VIII Smp 2  kudus. Informants were interviewed in this study is the principal, subject teachers, social studies teachers, and learners. Documents studied were documents relating to the implementation of social studies learning. The data was analyzed by using the interactive model that includes data reduction, data presentation, and conclusion drawing / verification. Based on this research, peer  lessons method  learning is able to activate the learners in learning, able to make self -media for presentation, able to explain to his own material well and is able to express his opinion. Broader results achieved from using peer lessons learning is that students are able to obtain various race championships in every event and obtain maximum results and satisfying.
Keywords: Innovative Learning, Peer Lessons, active, constructivism



PENDAHULUAN
Pembelajaran saat ini adalah pembelajaran yang cenderung menerapkan pembelajaran konstruktivistik. Namun, kebanyakan praktisi pendidikan menganggap bahwa makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi yaitu guru dan buku pelajaran, akibatnya guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan  mentransfer informasi dari guru ke peserta didik. Makna belajar seperti ini tidak sesuai dengan paham konstruktivisme yang dianut saat ini. Pergeseran pola berpikir tersebut berimplikasi pada penetapan tatanan tertentu dalam pembelajaran terutama sejak dilaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran pendidikan (KTSP). Tatanan tertentu yang menjadi fokus pembelajaran mendasarkan diri pada hakikat tuntutan perkembangan IPTEK. Beberapa kecenderungan tersebut, antara lain : (1) penempatan empat pilar pendidikan UNESCO : Learning to know, learning to do, learning to be dan learning to life together, (2) kecenderungan bergesernya orientasi pembelajaran dari teacher centered menuju student centered, (3) kecenderungan pergeseran dari content based curriculum menuju competency based curriculum, (4) perubahan teori pembelajaran dan assesment dari model behavioristik menuju model konstruktivistik dan (5) perubahan pendekatan teoritis menuju kontekstual.
Latar belakang dalam penelitian ini adalah Pada kegiatan pembelajaran  yang  harus dilakukan guru adalah bagaimana guru dapat menyampaikan pelajaran secara efektif, menyenangkan, menarik perhatian peserta didik dan pembelajaran bertumpu pada peserta didik (student centered). Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Salah satu metode yang dapat mengubah pola pikir  peserta didik adalah Model pembelajaran inovatif dengan menggunakan Metode peer lessons sama juga dengan mengajar sesama teman.    Metode ini digunakan karena akan mendorong guru dan peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif  sehingga dapat diharapkan tercapainya keberhasilan  dalam pembelajaran. SMP 2 Kudus merupakan Sekolah Menengah Pertama yang memiliki atau meraih berbagai prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik, seperti menjuarai OSN (Olimpiade Science National) IPS, LCC  (Lomba Cerdas Cermat), Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) IPS, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji pembelajaran di Smp 2 Kudus.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran IPS melalui metode peer lessons  khususnya pembelajaran pada kompetensi dasar Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk. (2)  Pelaksanaan pembelajaan IPS melalui Metode Peer Lessons  yang dilakukan oleh guru meliputi (strategi, metode, materi, media, dan penilaian). (3) evaluasi hasil dari penggunaan metode peer lessons, (4) kendala-kendala dan solusi  untuk mengatasi kendala yang di hadapi oleh guru  dalam pembelajaan IPS melalui metode peer lessons,  dan (5) Hasil yang dicapai  peserta didik melalui metode  peer lessons. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait terutama bagi pelaksanaan pendidikan di lapangan maupun penentu kebijakan.
Keberhasilan belajar peserta didik disekolah sangat tergantung kepada  model pembelajaran yang dipilih oleh guru, faktor lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembelajaran adalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk didalammnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media Komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai berbagai tujuan. (Joyce and Weil (1992)
Model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi peserta didik.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis.   Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan  belajar, (b)  pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d)  materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.         Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan di mediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik, dalam teori konstruktivistik adalah bahwa proses pembelajaran peserta didiklah yang harus mendapatkan penekanan. Peserta didiklah yang harus aktif mengembangkan pengetahuannya sendiri, bukan guru atau orang lain. Peserta didik yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar peserta didik secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan akan membantu peserta didik   untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif peserta didik. Alasan menggunakan metode peer lessons karena Peer Lessons adalah sebuah strategi yang mengembangkan Peer Teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar pada peserta didik sebagai anggota kelas (Mel Silberman, 2007). Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh teman sebaya  (Peer Teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Anita Lie, 2007). Sedangkan menurut Zaini, (2008) pengertian peer lessons adalah yang mengajarnya dengan teman sebaya atau sesama teman. Peer lessons adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu jadi siswa itu berlatih memegang   peranan sebagai orang lain (Roestiyah, 2007).  Jadi Peer Lessons merupakan Metode pembelajaran yang merupakan bagian dari model pembelajaran aktif dan inovatif. Ini berarti metode Peer Lessons  merupakan  metode belajar dengan menggunakan suatu pendekatan dimana seorang peserta didik menjelaskan suatu materi kepada teman lainnya yang rata-rata usianya sebaya, dimana peserta didik yang menjelaskan ini memiliki pengetahuan yang lebih dibanding teman yang lainnya.  
   Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti:  Geogafi, sejarah, sosiologi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena-fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat dan Psikologi Sosial (Trianto,2007). Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektifitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan, maka Dalam pembelajaran IPS perlu dikembangkan Pembelajaran IPS terpadu. Dengan pembelajaran IPS terpadu diharapkan peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik dan aktif. Pengalaman belajar dari pembelajaran IPS terpadu lebih menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Dari Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan Sosial yang diberlakukan di SMP/ MTs  merupakan integrasi atau gabungan dari unsur-unsur Ilmu-ilmu sosial seperti Ekonomi, Geografi, Sejarah dan sosiologi.

METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian purposive sampling yang mengambil lokasi di SMP 2 KUDUS. Sumber data diperoleh dari tempat dan  peristiwa, informan, dan dokumen. Tempat dan peristiwa adalah proses pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas . informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru mata pelajaran IPS, dan peserta didik. Dokumen yang diteliti adalah dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif yang meliputi  reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan /verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut.: Pertama,  Mulyasa (2008: 4-5) mengemukakan bahwa KTSP menuntut untuk guru membuktikan ke perofesionalannya. Guru dituntut untuk mampu mengembangkan RPP berdasarkan kompetensi dasar yang dapat digali dan dikembangkan oleh peserta didik. Guru harus mampu menggali potensi diri pesera didik, kemauan dan keaktifan peserta didik sehingga mampu mencari dan menemukan makna dari apa yang akan dipelajari. Tugas guru bukan hanya mencurahkan dan mentransfer ilmu kepada peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan saja, tetapi guru berfungsi sebagai motivator, mediator dan fasilitator pembelajaran. Guru harus mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak saja baik tetapi juga mampu memberikan keleluasaan dan ruang gerak pada pseseta didik untuk mencari, membangun, membentuk mengaplikasikan serta mengembangkan ilmu, pengetahuan dan  teknologi dalam kehidupan sehati-hari. Perangkat perencanaan pembelajaran mata pelajaran IPS dalam KTSP, bisa berwujud beberapa macam antara lain : Program Tahunan, Program semester, silabus, RPP, penilaian dan program remedial. Berdasarkan temuan hasil wawancara maupun analisis dokumen yang ada dapat diketahui bahwa sistem penyusunan program pembelajaran di SMP 2 kudus, perencanaan pembelajaran yang dibuat guru sudah sesuai acuan yang ada dalam kurikulum.
Berdasarkan analisis dokumen yang dibuat guru  tentang program tahunan mata pelajaran IPS  dapat dinilai bahwa guru IPS Smp 2 Kudus cukup mampu menyusun prota, promes, silabus dan RPP  sesuai dengan yang telah ditetapkan pemerintah tetapi sistematika disesuaikan dengan pendekatan CTL yang ditetapkan oleh smp 2 kudus. Hal tersebut sesuai dengan  pola Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI)  bahwa dalam kegiatan belajar mengajar meliputi: Merumuskan tujuan Instruksional, menguraikan deskriptif satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, menyusun instrument untuk nilai penguasaan tujuan.  Perencanaan pembelajaran yang disusun guru, meliputi : 1) Prota, 2)  Promes, 3) silabus, dan 4) RPP dapat diketahui bahwa guru cukup menguasai cara-cara penyusunan perencanaan pembelajaran. Guru telah mencoba  menyusunnya sesuai dengan sistematika yang dianjurkan dengan melihat pada situasi dan kondisi disekolah.  Strategi, metode, materi, media pembelajaran  dan penilaian yang direncanakan guru  disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan di sekolah tempatnya mengajar. Sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik (2008:250)  dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa komponen terkait yaitu Strategi Pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran  dan  penilaian pembelajaran IPS. Dengan  menggunakan strategi pembelajaran dengan metode peer lessons dapat meningkatkan aktifitas dan meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik.
 Kedua,  Pelaksanaan pembelajaran, guru dan peserta didik adalah dua individu yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan timbal balik antara yang satu dengan lainnya. Guru adalah pelaksanan dalam pembelajaran. Namun demikian kegiatan pokok dalam pembelajaran terletak pada peserta didik, yaitu kegiatan belajar. Kegiatan mengajar guru adalah sekunder. Guru harus dapat memainkan peranannya dengan baik  untuk menumbuhkan semangat peserta didik dalam mempelajari IPS. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS yang dilaksanakan guru  sudah mengarah pada aspek   kognitif, afektif dan psikomotorik yang mengacu pada belajar konstruktivismme peserta didik. Kegiatan pembelajaran lebih banyak di dominasi oleh peserta didik dari pada guru. Kegiatan pembelajaran yang sudah mengarah pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang mengarah pada gaya belajar konstruktivisme terlihat dari beberapa komponen pembelajarannya yaitu strategi pembelajaran, metode pembelajaran, materi, media pembelajaran dan Penilaian pembelajaran IPS melalui metode Peer lessons. Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui metode peer lessons di SMP 2 KUDUS, terlihat dari beberapa komponen pembelajaran berikut ini:
a. strategi pembelajaran yang diterapkan guru sudah sesuai dengan strategi yang berkaitan dengan pembelajaran IPS, Dilihat dari strategi pembelajaran menurut pendapat Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya bahwa Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode tertentu. strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam kegiatan pembelajaran  yang harus diperhatikan oleh guru. Penggunaan strategi pembelajaran yang efektif akan membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas daan efisiensi pembelajaran, sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009: 107).   Penggunaan metode yang bervariasi akan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Penggunaan metode yang tidak bervariasi akan mengakibatkan pembelajaran monoton dan membosankan. Apabila hal ini terjadi peserta didik akan kehilangan minat untuk belajar IPS. Penggunaan metode belajar yang bervariasi akan terasa lebih menggairahkan peserta didik. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah dengan mengkombinasikan beberapa macam metode pembelajaran,yaitu ceramah,  Peer lessons, tanya jawab, inquiry dan penugasan, Mel siberman (2007),  mengungkapkan metode pembelajaran yang baik akan merangsang terjadinya kerjasama oleh kelompok dan meningkatkan kreativitas peserta didik.
c. Materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai, yaitu mampu menunjukan posisi geografis, menganalisis hubungan posisi geografis dan iklim, mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan musim, menyajikan informasi persebaran flora dan fauna dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah dan pemanfaatannya. Buku-buku paket yang digunakan relevan dengan topic pembelajaran dan sudah sesuai dengan KTSP seperti yang di ungkapkan Nana sudjana (1989:67) bahwa dalam menetapkan materi pelajaran ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain bahan harus sesuai untuk menunjang tercapainya tujuan, penetapan bahan pengajaran harus serasi dengan urutan tujuan, dan hal yang perlu di perhatikan dalam menetapkan bahan adalah kemampuan guru memilih bahan yang akan di berikan pada peserta didik.,
d. Media pembelajaran yang digunakan guru sudah memanfaatkan media TI (Teknologi Informatika ) .Media yang digunakan guru power point yang di visualisasikan melalui LCD, laptop, peta, globe dan modem yang dibawa sendiri oleh peserta didik untuk mendukung presentasi, Menurut Sri Anitah (2011)  bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengaruh positif tersebut antara lain media dapat digunakan sebagai alat bantu yang digunakan  untuk memotivasi peserta didik agar lebih tertarik, memperjelas informasi atau pesan pelajar, memiliki fungsi memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting, dan memberi variasi pada pengajaran. Hal tersebut sependapat dengan Hamdani (2011) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik, yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
e. Penilaian pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah meliputi  penilaian proses dan hasil. Depdiknas (2007) menyebutkan poses pemberian nilai yang dicapai dengan menggunakan kriteria tentang kompetensi yang dicapai. Kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Selanjutnya Penilaian yang dilaksanakan guru  meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses meliputi :1) Pemahaman dan keruntutan materi, 2) Kerjasama kelompok, 3) Penggunaan media, 4) Kepercayaan diri menjadi tutor, 5) Penampilan, 6) Dinamisasi suara. Penilaian  proses yang dinilai adalah penampilan saat menjelaskan pokok bahasan pada teman sebayanya. Penilaian hasil  adalah ulangan tertulis, penilaian yang di terapkan guru sudah sesuai dengan yang ada dalam KTSP, yaitu penilaian berbasis kelas (PBK). Masnur muslich (2007) menyatakan bahwa PBK pada KTSP mempunyai kekhasan sebagai berikut . a) dari klasifikasi siswa bergeser ke pengembangan kemampuan  siswa; b) lebih cendrung kepada penilaian acuan kriteria ; c) kompentensi dan indikator menjadi acuan ; d) menerapkan berbagai macam penilaian ; e) berupaya memberikan profil kemampuan siswa secara lengkap ; f) mengoptimalkan kompetensi siswa.
Ketiga, Menurut Suharsimi arikunto dalam bukunya hamdani (2011: 296) Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil keputusan. Secara Umun tujuan  utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik sehingga tindak lanjut hasil belajar dapat diupayakan dan dilaksanakan. (Hamdani, 2011). Evaluasi pembelajaran melalui metode peer lessons ini dapat mengaktifkan peserta didik, peserta didik mampu mengajarkan materi kepada temannya sebayanya menumbuhkan persaingan belajar yang baik, peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi  yang terbaik, menumbuhkan kreativitas dalam belajar, mampu membuat media sendri untuk presentasi. mampu menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik belajar dan mampu mengungkapkan pendapat, serta serta  mampu menggali potensi pengetahuan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
            Keempat, terdapat kendala-kendala  dalam pembelajaran IPS di SMP 2 KUDUS Kendala tersebut dapat dibedakan menjadi tiga sumber kendala yaitu: guru, peserta didik, serta sarana dan prasarana. Guru mengalami kesulitan pada pengelolaan kelas, peserta didik kurang serius  dalam berlatih dan ada beberapa anggota kelompok yang malas-malasan,  peserta didik kurang percaya diri sehingga pada waktu melakukan tutoring merasa nerveos, susah merangkai kata –kata dalam bentuk baku, sedangkan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah khususnya dalam pembelajaran IPS hanya LCD, Laptop  dan speaker aktif. Kendalanya adalah jaringan internet terkadang tidak connect saat dibutuhkan. Solusi  yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala - kendala dalam pembelajaran IPS melalui  metode peer  lessons yang bersumber dari guru adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas, guru harus benar-benar mampu mengelola kelas atau mengkondusifkan kelas sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif dan semua  materi dapat disampaikan secara maksimal. Kendala yang bersumber dari peserta didik  dapat diatasi dengan lebih serius dalam berlatih dan saling memberi motivasi, latihan menjadi tutor disekolah bisa didampingi guru agar peserta didik tahu letak kesalahan dan kekurangannya, perlu terus melatih rasa percaya diri, saling membantu dan memahami materi agar bisa menguasai dengan baik, meningkatkan kekompakan angota kelompok agar terpupuk rasa keberanian. Berlatih menjadi tutor agar lebih maksimal, saling berdiskusi dan melakukan evaluasi terhadap hasil presentasi. Kendala yang bersumber dari sarana dan prasarana yang tidak ada dapat diatasi dengan pihak sekolah mau menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pembelajaran IPS, khususnya peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh peserta didik saat presentasi adalah membawa modem sendiri.
 Kelima, Dalam penelitian ini hasil lebih luas selain keberhasilan mengaktifkan peserta didik, dapat memotivasi belajar peserta didik mampu membuat media sendiri untuk presentasi, mampu memaparkan materi kepada temannya sendiri dengan baik,  mampu mengungkapkan pendapatnya, memumbuhkan kreativitas dalam belajar, adalah beberapa peserta didik menjadi senang belajar IPS dan beberapa dari peserta didik mengikuti  kejuaraan seperti OSN IPS, LCC, Lomba siswa berprestasi, LPIR  IPS (Lomba  Penelitian Ilmiah Remaja) dan tidak kalah hebatnya setiap event lomba peserta didik mendapat juara, baik juara tingkat kabupaten maupun provinsi. Ini terbukti pembelajaran IPS berhasil karena  salah satunya menggunakan  metode peer lessons.
Berdasarkan hasil penelitian ini guru diharapkan untuk selalu memilih model pembelajaran yang inovatif serta selalu berusaha membangkitkan keaktifan belajar peserta didik dan mampu memunculkan motivasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal dan memuaskan.
KESIMPULAN
1.    Perencanaan pembelajaran yang di buat guru sudah sesuai pedoman yang ada dalam kurikulum. Adapun perangkat perencanaan pembelajaran bidang studi IPS dalam KTSP yang dibuat guru adalah Prota, Promes, RPP, Silabus IPS. Perangkat pembelajaran  (RPP) tersebut di buat secara berkelompok melalui MGMP, akan tetapi  dalam pelaksanaannya guru mengembangkan sendiri karena menggunakan pendekatan CTL. Jadi dalam pelaksanaannya menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di sekolah .
2.    Pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP 2 KUDUS, terlihat dari beberapa komponen pembelajaran berikut ini: a) Strategi pembelajaran yang di terapkan guru sudah sesuai dengan strategi yang berkaitan dengan pembelajaran IPS ,  b) Metode pembelajaran yang diterapkan bervariasi, dalam pelaksanaan pembelajaran guru telah mengkombinasikan beberapa macam metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode peer lessons, metode tanya jawab, Inquiry,  dan penugasan   c) Materi pembelajaran yang di ajarkan kepada peserta didik sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin di capai, yaitu materi dengan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk. Buku-buku paket tersebut relevan dengan topik pembelajaran dan sudah sesuai dengan KTSP,  d). Media pembelajaran yang digunakan guru sudah memanfaatkan media IT (Informatika Teknologi) yaitu media audio, media visual dan media audio visual. Media lain yang di gunakan guru adalah buku dan materi tambahan dari internet, media lain saat tampil  peserta didik membawa sendiri, e) penilaian pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah meliputi penilaian proses dan penilaian hasil.
3.    Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari pembelajaran IPS melalui metode peer lessons  (Tutor sebaya) seorang guru  mampu berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator dan model bagi  peserta didik. Peserta didik memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui metode peer lessons. Metode peer lessons ini dapat mengaktifkan peserta didik, menumbuhkan persaingan belajar yang baik, peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi  yang terbaik, menumbuhkan kreativitas dalam belajar dan mampu menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik belajar dan mampu mengungkapkan pendapat, serta peserta didik mampu mengajarkan materi kepada temannya sebayanya.  Pembelajaran IPS melalui metode peer lessons  mampu menggali potensi pengetahuan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
4.    Kendala-kendala  dan solusi dalam pembelajaran IPS di SMP 2 Kudus dapat dibedakan menjadi tiga sumber, yaitu : a) guru mengalami kesulitan pada pengelolaan kelas, b) peserta didik  masih merasa kurang percaya diri sehingga pada waktu presentasi merasa nerveous, lupa materi, kurang percaya diri, kekompakan anggota kelompok yang masih kurang, kemampuan dinamisasi suara yang kurang, dan kurang bisa memaparkan materi  c) sarana dan prasarana sekolah khususnya dalam pembelajaran IPS kurang  memadai.
Beberapa cara untuk mangatasi kendala dalam pembelajaran IPS melalui metode peer lessons di SMP 2 Kudus di sesuaikan dengan kendala yang di hadapi. Kendala yang  berasal dari guru, yaitu guru mengalami kesulitan pada pengelolaan kelas dapat di atasi dengan kemampuan guru dalam mengontrol dan mengelola kelas, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif dan semua materi dapat di sampaikan secara maksimal. Kendala dalam pembelajaran IPS yang bersumber dari peserta didik dapat di atasi dengan lebih serius dalam berlatih menjadi tutor yang benar dan saling memberi motivasi agar tidak malu dan nervous lagi, meminta pengarahan lebih lanjut dari guru diluar jam pelajaran  agar peserta didik tahu letak kesalahan dan kekurangannya dalam melakukan tutoring, perlu terus melatih rasa percaya diri, saling membantu dalam memahami materi  agar bisa menguasai  pelajaran, meningkatkan kekompakan anggota kelompok agar terpupuk rasa keberanian,  saling membantu mencari informasi tambahan dan media dan melakukan evaluasi terhadap hasil penampilan. Kendala pembelajaran IPS yang di sebabkan oleh sarana dan prasana yang saat dibutuhkan tidak bisa digunakan dapat di atasi dengan membawa media /peralatan  sendiri.
5.    Hasil yang dicapai pembelajaran IPS melalui metode peer lessons  adalah selain dapat menumbuhkan kreativitas, rasa percaya diri, semangat belajar IPS, memotivasi belajar peserta didik, Peserta didik berlomba-lomba untuk menjadi  yang terbaik. Pembelajaran IPS melalui metode peer lessons bukan sekedar menghapal namun mampu mengali pengetahuannya sendiri serta mampu menyampaikan materi kepada temannya sendiri. Hasil lebih luas dari keberhasilan mengaktifkan peserta didik adalah beberapa peserta didik menjadi senang pelajaran IPS dan beberapa dari peserta didik mengikuti beberapa kejuaraan. seperti OSN IPS, LCC, Lomba siswa berprestasi, LPIR  IPS (Lomba  Penelitian Ilmiah Remaja) dan meraih juara tidak hanya di tingkat Kabupaten tetapi di tingkat provinsi.
SARAN
      Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.    Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas untuk menunjang keberhasilan pembelajaran IPS di sekolah.  Oleh karena itu adanya fasilitas dalam pembelajaran IPS akan lebih menunjang keberhasilan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
2.    Guru IPS hendaknya agar selalu berusaha menjadi guru yang profesional dengan cara terus mempelajari model – model pembelajaran inovatif agar tetap mampu mempertahankan keprofesionalannya dalam mengajar dan mampu memilih strategi, metode, materi, media, dan penilaian yang tepat dalam pembelajaran.
3.    Peserta didik disarankan perlu menambah pengalamannya dengan menambah pengetahuan melalui buku – buku IPS atau informasi melalui internet. Juga disarankan kepada pesera didik  untuk lebih serius dalam belajar dan meningkatkan kekompakkan anggota kelompok karena adanya kekompakan anggota dan terus belajar memahami materi dengan yang serius akan meningkatkan hasil yang maksimal. 



DAFTAR PUSTAKA
Anita. Lie. 2007. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di                Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and management. New jersey: The  MC.Graw Hill Companies, Inc.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.bandung; Pustaka setia.

Joyce and Weil.1986. Model of Teaching. New Jersey: Pretice Hall
Masnur, dkk 2007. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Jemmars
Moleong. Lexy. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.E. 2008.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja rosdakarya.
Mulyasa.E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karalteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nunun, Sumantri. Dalam Depdiknas.2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta.
Oemar Hamalik,2008. Media Pendidikan.Bandung: Aditiya Bakti

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya. Wina.2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Silberman, Mel. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Penerjemah Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sri Anitah. 2011. Media Pembelajaran.Surakarta: UNS Press.
Sugiyono, Memahami  penelitian Kualitatif,  Bandung: Alfabeta, 20012.
Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek,  Surabaya: Prestasi pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Manusia























BIODATA

Nama                                       : Eni kuswati, S.Pd, M.Pd
Tempat, tanggal lahir             : Cirebon, 12 Desember 1975
JenisKelamin                            : Perempuan
Agama                                      : Islam
Status                                      : Menikah
Warga Negara                         : Indonesia
Pekerjaan                                 : GURU PNS
Instansi                                    : SMP 2 KUDUS
Alamat            Rumah                          : Desa Ngembal Kulon, Dukuh Krasak RT 05/I      
                                                   Kec.Jati  Kab. Kudus Jawa Tengah
   Telp/HP (0858 6669 2221)
E-mail                                      : enikuswati_smp2kudus@yahoo.co.id



Postingan populer dari blog ini

Karateristik Budaya Dalam Interaksi sosial