CARA MENGEMBANGKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

 CARA MENGEMBANGKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SEKOLAH
Ingatkah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ? 
Dalam Undang-undang tersebut dikemukakan bahwa pendidikan Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) menjadi warga negara yang demokratis, dan (9) bertanggung jawab.

Persoalan karakter memang cukup ‘mengakar’ dalam dunia pendidikan, hingga pemerintah memberlakukan  Semboyan kurikulum 2013 adalah ‘Pendidikan Karakter’.
Terdapat beberapa cara untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah, yaitu :
1.Memajang gambar-gambar para tokoh inspiratif di aula sekolah dan ruang-ruang kelas.
2.Membuat program penghargaan untuk mengapresiasi berbagai hal yang membanggakan, selain prestasi akademis, olahraga atau kesenian.
3.Membuat pedoman perilaku di kelas dan sekolah yang disetujui oleh para siswa dan guru.
4.Mengundang para orangtua siswa untuk mengamati dan berkontribusi terhadap kemajuan kelas atau sekolah.
5.Meminta siswa mengungkapkan tokoh idola yang bersifat personal dan tanyakan mengapa tokoh itu menjadi idola siswa yang bersangkutan.
6.Memimpin para siswa dengan keteladanan.
7.Jangan biarkan berbagai bentuk ketidaksopanan terjadi di kelas.
8.Melibatkan orangtua siswa dalam mengatasi perilaku tidak baik siswa dengan cara mengirimkan surat, memanggil orangtua atau melalui kunjungan ke rumah yang bersangkutan.
9.Memastikan bahwa siswa memiliki tanggungjawab moral untuk bekerja keras di sekolah.
10.Memiliki kata-kata di dinding yang mendorong karakter yang baik, misalnya “Jangan tungguuntuk menjadi orang yang hebat, mulailah sekarang juga !”.
11.Berusaha konsisten dalam memperlakukan siswa, jangan biarkan perasaan pribadi menghalangi seorang guru untuk bertindak adil.
12.Mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya.
13.Mengajarkan siswa mengenai kompetisi serta bantu siswa untuk mengerti kapan hal tersebut berguna dan kapan hal tersebut tak berguna.
14.Mengajarkan kesantunan secara jelas. Ajarkan kepada siswa begaimana mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
15.Melakukan kerja bakti bersama baik di kelas atau sekolah.
16.Menunjukkan penghargaan terhadap siapapun yang berbeda keyakinan dan berbeda budaya. Katakan kepada siswa mengenai kewajiban moral untuk bertindak adil terhadap orang lain.
17.Tekankan kepada siswa tentang pentingnya kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan.
18.Beri perhatian program-program tertentu di sekolah yang sarat muatan karakter, misalnya ‘bulan penghargaan tokoh karakter’.
19.Menekankan pentingnya sikap ksatria (tidak curang) dalam berolahraga, bermain, dan dalam berbagai bentuk interaksi dengan orang lain.

. Untuk dapat melaksanakan " pendikar" kita merujuk pada fungsi dan tujuan pendidikan karakter, seperti;
1. pengembangan: pengembangan potensi siswa untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi siswa yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi siswa yang lebih bermartabat; dan
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa Kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan ( dignity) .

Apa perlunya  Nilai-nilai pendidikan karakter  dikembangkan di sekolah. nilai ini berlaku universal, karena dapat digunakan oleh seluruh siswa di Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu. Nilai-nilai ini bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila : negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan Kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negata.

Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. adapun deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Adapun penjelasan implementasi setiap aspek tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual. Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
Adapun beberapa strategi pembelajaran kontekstual antara lain
 (a) pembelajaran berbasis masalah, 
(b) pembelajaran kooperatif, 
(c) pembelajaran berbasis proyek, 
(d) pembelajaran pelayanan, dan 
(e) pembelajaran berbasis kerja. Puskur menjelaskan bahwa kelima strategi tersebut dapat
memberikan nurturant effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.

2. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian.
 Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan rutin
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat.
Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap “ menjadi contoh ”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel.
d. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.

3. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.

4. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah. rumah (keluarga) dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
Sumber puskur

Postingan populer dari blog ini

Karateristik Budaya Dalam Interaksi sosial